Umat Islam Harus Bersatu !!!
Serangan tentara Israel terhadap para pejuang muslim di Palestina dan Lebanon beberapa hari yang lalu dan sampai sekarang masih berlangsung mewarnai pemberitaan di semua surat kabar. Serangn yang konon dilatarbelakangi oleh upaya pembelaan diri dan upaya pembebasan terhadap dua orang serdadunya yang ditawan oleh pejuang Hammas di Yordania tersebut sampai kini masih berlangsung dan bahkan meluas tidak hanya terarah pada Hammas saja tertapi juga sampai ke Lebanon. Bahkan kemungkinan serangan tersebut tidak akan berhenti di situ dan justru akan lebih meluas akibat pernyataan dari sang bos presiden AS George Bush yang tidak menyalahkan tingkah polah Israel tetapi justru menyalahkan pejuang Hizbullah di Lebanon selatan yang ikut campur. Tidak berhenti itu saja, cucu Paman Sam tersebut juga mengarahkan tuduhan ke arah Iran dan Suriah yang diduga mendukung dan menjadi sponsor atas serangan balasan dari para pejuang Hammas dan Hizbullah.
Situasi yang “ruwet” inilah yang memaksa umat islam di seluruh dunia menunjukkan empati dan simpati serta solidaritas mereka atas tindakan para tentara
Israel. Di Indonesia, seluruh umat islam-pun mulai bergerak dan menunjukkan sikap solidaritas mereka dengan mengadakan aksi-aksi damai mengecam kekejaman tentara
Israel, serta mendesak negara-negara islam untuk bersatu melawan tindakan
Israel. Hujatan-hujatan diteriakkan atas
Israel dan Yahudi di dalam aksi-aksi demonstrasi dan mimbar-mimbar masjid, penggalangan dana dilangsungkan di setiap daerah oleh semua ormas-ormas islam, di hampir setiap masjid dibacakan qunut nazilah ketika sholat wajib, bahkan sampai pendataan relawan-relawan mujahidin ke palestina pun ada juga dilakukan. Namun, di tengah-tengah aksi-aksi yang dilakukan umat islam tersebut terganjal sedikit kerikil-kerikil yang mengganggu penulis sehingga penulis menuliskan artikel ini. Ganjalan dan kerikil yang penulis rasakan tersebut adalah ketidakbersatuan umat islam dan ormas islam dalam menanggapi kasus palestina tersebut.
Hampir selama satu pekan ini, di Kota Solo berlangsung aksi-aksi solidaritas Palestina dari kelompok islam yang berbeda-beda. Hari Jumat, 14 Juli 2006, ratusan
massa yang menamakan diri Forum Komunikasi Aktivis Masjid (FKAM) menggelar aksi solidaritas, tabligh akbar, dan penggalangan dana dengan long march dari Masjid Kotta Barat menuju Bunderan Gladak yang diakhiri orasi. Hari Selasa, 18 Juli 2006, giliran puluhan massa mahasiswa yang didominasi para wanita yang merupakan gabungan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se Surakarta mengadakan aksi serupa dengan long march menempuh jalur Kampus UNS Mesen menuju Bunderan Gladak. Terakhir, seolah tak ingin kalah dari dua aksi sebelumnya,
massa islam yang mengatasnamakan diri Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) se Kota Solo Raya juga mengerahkan puluhan massanya untuk mengadakan aksi yang serupa dengan dua aksi sebelumnya.
Secara sengaja, penulis ikut menyaksikan ketiga aksi solidaritas tersebut hingga merasakan suasana adrenalin yang memuncak ketika hentakan takbir merasuk jiwa. Namun, tak berlangsung lama kemudian penulis menyaksikan suasana sekitar dan sedikit merenungkan sesuatu.
Terlintas pikiran bahwa ternyata ada yang nggak beres di dalam aksi tersebut. Sebetulnya kesalahan bukan pada materi aksinya, tetapi lebih dari itu adalh pandangan masyarakat umum terhadap umat islam itu sendiri. Dari kejadian di atas bisa diambil kesimpulan bahwa ketiga aksi yang berlangsung tersebut adalah dilakukan oleh
massa umat islam. Namun, masyarakat dan penulis pun bnerpikir mengapa setiap hari ada aksi serupa dari
massa umat islam. Bukankah lebih efisien dan efektif apabila ketiga aksi tersebut bergabung menjadi satu aksi yang besar yang tidak hanya melibatkan ketiga kelompok tersebut saja tetapi juga kelompok
massa islam yang lain yang “belum” mengadakan aksi. Penulis mengkhawatirkan aksi-aksi itu selain ditujukan untuk solidaritas kepada pejuang Palestina berefek negatif pada sikap fanatisme kelompok atau golongan diantara umat islam yang justru memecah belah kesatuan umat islam. Hal ini penulis ungkapkan bukan tanpa alasan. Di salah satu pamflet ajakan aksi dari salah satu kelompok
massa tersebut tertulis kalimat yang bisa menimbulkan sikap fanatisme kelompok (ta’ashubiyyah) dan menjelekkan kelompok lain. Kalimat yang berbunyi “solidaritas palestina bukan hanya monopoli partai politik tertentu saja” adalah kalimat yang memojokkan kelompok islam tertentu dan bisa menyulut prmusuhan dan kebencian di antra jamaah islam. Padahal, perpecahan adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Sesudah aksi tersebut berlangsung, seolah menjawab aksi sebelumnya, maka berlangsunglah aksi berikutny dan berikutnya dan mungkin akan muncul aksi dari kelompok yang tidak ingin ketinggalan lainnya. Situasi seperti inilah yang besar atau kecil akan bisa menimbulkan friksi dan gesekan serta perpecahan di kalangan jam’atul muslimin di
Indonesia dan dunia mungkin. Padahal Allah menjelaskan bahwa umt islam hendaknya bersatu padu dalam mengahdapi makar kaum kafir.
……….
Dari uraian di atas maka bukankah bersatu lebih baik dari pada berpecah? Lalu, bukankah sikap menahan diri dari ghibah terhadap umat islam lain itu lebih baik? Dan bukankah sikap egoisme dan ta’ashub itu hrus ditinggalkan? Penulis mengharapkan kejadian yang berlangsung beberapa waktu yang lalu tersebut bisa dijadikn ibroh dan sarana muhasabah bagi umat islam dan ormas islam semuanya. Ketika ada kejadian yang menyengsarakan umat islam di kawasan belahan dunia lain, maka kelompok-kelopmpok islam harus segera berkomunikasi. Jangan hanya karena yang mengadakan aksi tertentu adalah bukan dari kelompok kita maka kita tidak mau ikut berpartisipasi di dalam aksi tersebut. Tetapi, kita justru langsung ikut berpartisipasi dan ikut larut sekalipun tanpa undangan dalam aksi yang diadakan oleh kelompok lain tersebut. Hal-hal seperti inilah yang nantinya akan mengikis sikap ta’ashub dan memupuk rasa ukhuwah islamiyah dan imaniyah yang sebenarnya.
Semoga aksi-aksi yang telah dilangsungkan oleh kelompok-kelompok islam selama ini benar-benar dilandasi rasa keikhlasan dan menghindarkan diri dari sikap ta’ashub yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Dan semoga aksi umat islam yang belangsung secara estafet di solo beberapa waktu yang lalu juga hanya karena alasan fas tabikhul khoirot atau berlomba-lomba dalam kebaikan tanpa mengesampingkan keompok yang lain. (fikreatif)
0 Comments:
Post a Comment