Lorong Waktu

Friday, December 28, 2007

Sehari sudah lesu berpuasa

Hidangan berbuka sudah tersedia

Jangan kamu menghabis masa

Mulailah beribadat semasa belia

Ketika masih sekolah di SD, Rama diminta orang tuanya untuk ibadah dan belajar mengaji di mushola di kampungnya, dia selalu menjawab, ”ntar ah, kalau dah gedhe..? kalo dah smp”. Ketika berada di bangku SMP, lagi dia diminta belajar mengaji ke mushola. Kali ini dia menjawab, ”di mushola, yang mengaji hanya anak-anak SD, sekarang saya dan SMP, malu masak main sama anak SD. Ntar aja, kalau dah SMA. Saya privat mengaji”. Tiga tahun berselang, Rama sudah duduk di kelas 2 SMA Negeri terbaik dan terfavorit di kotanya. Kembali sang orangtua memintanya untuk belajar mengaji. Dia beralasan lagi, ”saat ini saya sudah SMA kelas 2, jadi saya harus benar-benar belajar biar bisa bertahan di kelas IPA. Wakt saya sudah habis untuk les dan kegiatan sekolah”. Saat duduk di kelas tiga, dia berujar, ”sekarang saya sudah kelas tiga, saya harus belajar giat agar bisa ketrima di universitas negeri, maka itu saya akan menghabiskan waktu saya untuk latihan soal, les pelajaran, dan persiapan ujian nasional”. Akhirnya, setelah belajar dengan sungguh-sungguh, Rama pun berhasil ketrima di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri ternama. Kali ini, ayahnya benar-benar mewanti-wanti Rama agar belajar mengaji. Lagi, Rama mengatakan kepada ayahnya, ”Pah, di kedokteran, nyari waktu luang itu susah. Hampir tiap hari ada tugas, tugas, tugas, dan membaca, serta membaca. Lagian Semarang, saya dah punya pacar, saya hanya bisa ketemu dua kali seminggu. Ntar aja kalau saya dah mau lulus”. Ketika Rama wisuda, sang pacar ternyata meminta Rama agar segera melamar dia. Rama tak bisa menolak. Pacaran yang telah dibina selama 4 tahun harus dia akhiri sekarang juga dengan pernikahan. Beberapa tahun menikah, akhirnya Rama dan istrinya dikaruniai seorang anak yang kini telah berusia sekitar 8 tahunan. Pada suatu saat, anaknya tersebut ditegur dan diminta guru SD-nya agar belajar mengaji karena dia belum bisa mengaji. Kemudian, sang anak meminta ayahnya agar mau mengajarinya mengaji. Sang anak tidak mau, kalau yang mengajarinya mengaji adalah orang lain. Sesaat kemudian, Rama terbayang masa kecil dan masa lampaunya. Dalam hatinya dia bergumam, ” Berapa tahun aku tertidur dan terlelap dalam kesendirian sunyi senyap kegelapan? Duhai, sang masa, andaikan kau bisa kuputar kembali?” sambil meneteskan butiran air mata yang mengalir di hidungnya.

****

Betapa kita sangat lupa akan sebuah hal yang memiliki nilai yang sangat besar. Ya, waktu. Dalam budaya Eropa, kita mengenal istilah waktu adalah uang. Sedangkan dalam budaya Arab, kita mengenal istilah waktu adalah pedang. Keduanya memiliki arti esensi yang hampir sama, yaitu betapa berharganya ”sang waktu” ini. Kalaulah kita salah menggunakan waktu ini, dengan sebaik-baiknya, maka kita bisa tertebas oleh pedang. Kita bisa terbujur kaku, mati di makan oleh waktu.

Mari kita coba hitung waktu kita selama sehari penuh. Berapa jamkah kita habiskan waktu kita untuk kegiatan yang bermanfaat? Mungkin nggak seberapa..?

Kenapa? Karena kita sering menghabiskan waktu kita untuk kegiatan yang kurang manfaat. Lihat saja, waktu kita habis untuk 8 jam tidur di malam hari, ½ jam untuk mandi dua kali sehari, 1-2 jam untuk tidur siang, 2 jam untuk bermain komputer, 2 jam untuk bermain game (playstation), 2 jam untuk menonton televisi, total waktu 1 jam untuk ber-sms ria, chatting via handphone, dan telpon doi, 1 jam untuk total perjalanan dari tempat satu ke tempat yang lain, dan 1 jam untuk yang lainnya. Lantas berapa sisa waktu yang kita miliki untuk melakukan hal yang manfaat? Untuk ibadah, membaca, belajar, dan lainnya?

Kalau dihitung, tidur kita selama kita hidup di dunia ini mungkin berkisar sepanjang 21 tahun. Ya, 21 tahun kita mungkin menghabiskan waktu kita hanya untuk tidur (dengan asumsi kisaran umur manusia 63 tahun). Anda kaget? Nggak percaya..? coba anda hitung sendiri!

Oleh karenanya, tidak salah bila Sang Pencipta mengatakan bahwa kita (manusia) ini benar-benar dalam kerugian. Tambah-Nya, hanya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran saja yang tidak mengalam kerugian. Semoga kita terhindar dari orang yang mengalami kerugian itu.

Saat ini mungkin ”sang waktu” sedang bersenandung dan berkata kepada kita, para manusia ini dengan ini, ”Ribuan hari aku menunggumu, jutaan waktu tercipta untukmu, apakah kau akan terus begini..? Masihkah adakah celah dan tempat di hatimu, yang masih bisa untuk aku singgahi, apakah kau akan terus begini?”

(fikreatif) Gambar:

0 Comments:

 
ES-TE-EM-JE - Wordpress Themes is powered by WordPress. Theme designed by Web Hosting Geeks and Top WordPress Themes.
por Templates Novo Blogger