Sahabat Yang Baik

Friday, December 21, 2007

Burung gelatik terbang di awan
Muda belia menangkap ikan
Baik-baik bila berkawan
Akhlak mulia mesti diutamakan

Saya punya teman seorang mahasiswa universitas swasta terkemuka di kota Solo, sebut saja Budi. Singkat cerita pada suatu kisahnya, dia kehilangan kunci sepeda motornya saat beranjak pulang ke rumah. Saat itu keadaan kampusnya sudah sepi karena langit sudah beranjak mendekati malam hari. Karena ia ingat belum sholat maghrib, maka ia kemudian sholat maghrib terlebih dahulu di mushola. Setelah sholat, ia tambah bingung. Keadaan sekitar semakin sepi. Ia lihat dari kejauhan motornya sendirian nestapa. Lalu, ia coba menanyakan kepada petugas satpam piket yang ada di kampusnya, apakah dia melihat dan menemukan kunci yang hilang apa tidak. Sayang, sang satpam merasa tidak menemukan ada sebuah kunci motor yang hilang sejak sore.

Bingung dengan keadaan dan waktu yang sudah memasuki waktu isya’, terlintas dalam pikirannya untuk meng-sms temannya. Tapi ia sempat berpikir ”apakah mungkin temannya mau membantu saya...., rumahnya kan jauh. 15 km dari kampus.” pikirnya. Tak salah kalau mencoba. Maka ia coba sms ke temannya waktu SMA dahulu yang kuliah di sebuah universitas negeri di kota Solo, sebut saja Ahmad. Gayung bersambut, temannya yang kuliah di universitas negeri tersebut bersedia membantu. Ahmad pun membawa segala perlengkapan mulai obeng dan sebagainya menuju ke kampus Budi untuk mencoba membuka motornya yang terkunci. Budi kaget bukan kepalang, yang datang ternyata tak hanya Ahmad, tetapi juga teman-teman SMA-nya dahulu yang sering terlibat dalam pergaulan sehari-hari. Semuanya yang datang ada 3 orang. Awalnya, mereka berusaha mencari terlebih dahulu kunci motor di tempat-tempat yang kemungkinan kunci tersebut bisa terjatuh atau tertinggal. Alasannya, lebih baik mencari kunci tersebut terlebih dahulu daripada merusak motor untuk membuka kunci. Dengan berbekal senter, mereka susuri taman kampus, toilet-toilet kampus yang gelap tak berlampu, dan ruangan-ruangan kuliah serta lobi kampus. Hasilnya nihil. Selanjutnya mereka tak punya alternatif pilihan, kecuali membuka paksa motor yang terkunci. Namun berselang menit, mereka melihat ada sebuah kertas bertulis: ”BAGI YANG MERASA KEHILANGAN KUNCI MOTOR SEGERA HUBUNGI SAYA DI 081XXXXXX”. Sesaat kemudian, senyum muncul di antara mereka.

***

Keberadaan teman terlebih sahabat pada sebagian orang terkadang seolah bermakna saudara kandung. Tak sedikit diantara kita yang memiliki teman. Dari sejak kita keluar dari rahim ibu kita, kita sudah memiliki teman. Kemudian saat kita masuk ke taman kanak-kanan, kita pun mengenal puluhan teman. Ketika berada di bangku sekolah dasar, smp, dan smu, tak ada bedanya, kita juga memiliki ratusan teman. Tak hanya teman mungkin, tapi lebih dari itu. Bagi sebagian orang ketika memasuki masa pubertas, ada yang menjadikan diantara teman-teman itu sebagai teman yang spesial.

Banyak orang yang menjadi baik karena memiliki teman yang baik. Namun tak sedikit pula yang memilih menjadi penjahat karena temannya adalah para penjahat. Ada sebuah ungkapan yang menyatakan, ”lihatlah seseorang dari temannya, kalau temannya baik maka dia baik, kalau temannya buruk maka dia seperti itu”. Entah hal itu benar atau tidak, tapi hampir pasti benar.

Lalu, apakah arti sejatinya teman atau kawan atau sahabat? Saya punya beberapa kawan yang seringkali marah kalau temannya yang lain mengatakan sesuatu yang mereka benci. Atau menjadi marah jika ada temannya tidak mendukung sesuatu sebagaimana yang dia inginkan.

A ingin sekali menjadi model. Oleh temannya, B, keinginan A tersebut justru ditolak. A pun marah dan menjadi benci karena menganggap B tidak mendukung keinginannya. A berpikir, ”mana ada seorang sahabat yang justru menentang keinginan sobatnya?”.

Apakah seseorang harus selalu mengatakan ”ya, saya mendukungmu!” kepada sahabatnya untuk membuktikan bahwa dia adalah benar-benar sahabat sejatinya? Sempit sekali orang yang berpikir seperti ini. Sabahat adalah orang yang selalu tidak rela bila sahabatnya terjatuh dalam keburukan yang kemungkinan akan menimpanya. Jadi, tidak mungkin diakatakan sahabat jika ia selalu mendukung sepenuhnya keinginan sahabatnya. Justru dengan ”dukungan”nya tersebut seseorang berarti mendorong kepada kejelekan sahabatnya.

Sahabat haruslah mampu menjadi manis saat seseorang sedang merasakan pahit. Sahabat haruslah mampu mengatakan ”tidak” kepada sahabatnya jika memang hal yang ditolaknya tersebut menjadikan sahabatnya jatuh. Sahabat harus selalu mendukung sahabatnya selama sahabatnya tersebut berada dalam kebaikan.

Sangat bodoh, orang yang menganggap seseorang sebagai sahabat karena pujian yang selalu diungkapkannya, karena selalu berkata ”ya” kepadanya dan selalu mendukung keinginannya.” (fikreatif) Sumber pantun: Muhammad Yong http://w3.spancity.com/yosri

0 Comments:

 
ES-TE-EM-JE - Wordpress Themes is powered by WordPress. Theme designed by Web Hosting Geeks and Top WordPress Themes.
por Templates Novo Blogger